MEDAN - Anggota DPRD Medan Edwin Sugesti Nasution mengatakan, Pemerintah
Kota (Pemko) Medan harus lebih ekstra keras mencari solusi penanganan masalah
banjir yang melanda wilayah Kota Medan jika hujan turun. Oleh karenanya, Pemko
Medan harus mendata kawasan mana saja yang selalu dilanda banjir.
“Jika didata, semua daerah di Indonesia memiliki problem yang
sama yakni banjir. Tapi, semua itu bisa diatasi jika pihak yang berkompeten
dalam masalah ini benar-benar melakukannya dengan serius dan penuh tanggung
jawab. Kalau kita perhatikan atau sering kita baca di setiap media baik cetak,
eletronik dan media online, selalu yang dikeluhkan masyarakat adalah banjir
dimana-mana. Anehnya, udah puluhan tahun masalah ini terjadi, tetapi solusi
yang tepat belum terlihat. Makanya, problem banjir saat ini masih tetap
bertengger di kelasemen sementara,” kata wakil rakyat dari Fraksi PAN DPRD
Medan ini ketika ditemui di ruang kerjanya, Jumat (20/9).
Edwin juga menyebutkan, masalah banjir di Kota Medan dinilai
belum bisa diatasi secara maksimal. Padahal, masyarakat telah mempercayakan
masalah tersebut (banjir) dapat diatasi secepatnya. “Sehingga, masyarakat yang
selama ini dihantui masalah banjir tidak terjadi lagi,” kata Edwin didampingi
Rahman Nasution sesama anggota dewan.
ebih lanjut dikatakan Fraksi PAN satu ini, dirinya juga merasa
heran terkait pengerjaan pengorekan drainase disejumlah titik di Kota Medan
kurang maksimal. Semestinya, kata Edwin, sebelum dilakukan pengorekan dranase
terlebih dahulu ada kajian-kajian khusus. “Jangan asal-asal korek yang
ujung-ujungnya masyarakat juga yang jadi korban banjir. Kondisi inilah yang
harus dicari solusinya agar masyarakat tenang dalam beraktifitas,” ujarnya.
Dia juga mempertanyakan terkait pengorekan dranase di seputaran
Lapangan Merdeka Medan. Menurutnya, Pemko Medan melalui dinas terkait fokusnya
mengorek dranase di pinggiran Kota Medan, karena geografisnya dinilai agak
cembung sehingga jika hujan turun air mengumpul dan terjadi banjir. ”
Semestinya, Pemko Medan itu melakukan pengorekan dranase di titik-titik
pinggiran kota. Setelah itu, baru melangkah ke tengah disambungkan dranase itu
dan intinya,” katanya.
Dikatakan juga, ketika pengorekan harus mengetahui titik mana
yang rendah dan tinggi. “Jika demikian maka air pun lancar mengalir. Tapi, saya
perhatikan dranase saat ini dinilai kurang berfungsi dilihat air tidak
mengalir. Kalau pun mengalir hanya lamban sekali. Nah, kondisi inilah yang
mesti diperhatikan,” sebutnya seraya mencontohkan daerahnya sering dilanda
banjir.
Mengenai program Kementerian PUPR terkait penanganan banjir di
Sumut khususnya Kota Medan, Edwin sepakat dengan konsep pengendalian banjir di
Medan yang ditawarkan itu dengan cara membuat penampungan air. Seperti embung,
long storage, kolam retensi, sumur serapan dan lubang biopori.
“Seperti bak penampungan air misalnya. Sudah saatnya dibuat di
masing-masing kelurahan (151 kelurahan) di Kota Medan. Saya pikir konsep ini
cukup bagus. Tinggal lagi bagaimana penyediaan lahan untuk bak penampungan
airnya. Ini juga perlu dipikirkan Pemko Medan,” katanya.
Selain itu, kata wakil rakyat yang terpilih dari Dapil III yang
meliputi Kecamatan Medan Tembung, Perjuangan dan Timur ini, Pemko Medan perlu
juga melakukan pemetaan kawasan-kawasan di Medan yang dianggap sebagai kawasan
rendah. Biasanya, di kawasan rendah, banjir sering terjadi seperti di kawasan
Medan Utara. “Menurut saya, bak penampungan air sudah harus ada di sana,”
katanya.
Edwin juga berharap kepada Pemko Medan bagaimana memanfaatkan
air hujan untuk kepentingan masyarakat guna meminimalisir banjir. Seperti untuk
mencuci, mandi dan air minum.
“Apalagi di bebarapa kawasan di Medan debit air yang disuplai
PDAM Tirtanadi cukup kecil. Bahkan air sering macat saat beban puncak (saat
masyarakat secara bersamaan memanfaatkan air). Dengan pemanfaatan air hujan
bisa menjadi solusi kebutuhan akan air,” demikian Edwin.
0 comments:
Posting Komentar