Papua || Hati nurani adalah salah satu insting dan dorongan yang membuat manusia mampu membangun masyarakat. Kelompok manusia yang tidak memiliki dorongan tersebut, atau yang kadarnya kurang, tidak akan mampu membangun masyarakat dan tidak bisa berkembang sebaik kelompok manusia yang mampu membangun masyarakat.
"Suatu hal yang penting mengenai hal itu adalah pandangan kita yang membuktikan bahwa kelompok penjahat di Papua tidak memiliki hati nurani, bahwa mereka menganggap seakan-akan berjuang untuk masyarakat di Papua ternyata faktanya hanya sekelompok manusia yang suka kekerasan. Di situlah kita harus memahami pandangan tentang bukti yang ditemukan ini mengenai apa yang terjadi di Papua, dan dari perspektif ini tampaknya lebih mungkin bahwa mereka harus berjuang melawan penyakit internalnya," ujar warga bernama Simon (yang ingin namanya disamarkan), warga setempat yang keluarganya dianiaya, Kamis (24/8/23).
Hati nurani perlu dihadirkan di Papua, ujarnya kemudian, dan menjalin Persaudaraan Manusia untuk menghindari konflik maupun tekanan-tekanan dari luar. Seperti yang dikatakan, hati nurani adalah konsep universalis untuk seluruh manusia di dunia secara moral satu sama lain.
"Tidak adanya Penghargaan Kehidupan yang Benar dapat ditemukan dari perilaku kelompok penjahat yang dilakukan di Papua. Kelompok penjahat tidak akan pernah memiliki kontribusi praktis yang patut diteladani untuk menyelesaikan masalah-masalah besar di Bumi Papua karena sering berdasar pada kekerasan, pembunahan, teror, dan kejahatan lainnya, membakar dan menghancurkan apa yang telah dibangun sangatlah biadab," bilangnya.
Kelompok penjahat seperti itu, masih katanya, jelas tidak memiliki hati nurani untuk menangani masalah terkait dengan Hak Asasi Manusia (HAM), mereka hanya akan menghasilkan kejahatan, kemiskinan, dan konflik, demi 'menutup celah yang ada antara dunia yang kita punya dan dunia yang diinginkan kebanyakan orang di seluruh dunia'.
"Kelompok penjahat jauh dari rasa kasih sayang karena mereka juga memerangi saudaranya yang berselisih dengannya, seolah-olah berjuang untuk masyarakat Papua namun yang ada hanyalah tindak kekerasan, bahkan tak segan-segan membunuh, melakukan kehancuran yang lebih besar dan menghancurkan masyarakat Papua atas nama perjuangan," imbuhnya.
Begitu juga, geramnya, kelompok penjahat tak akan pernah berhasil menyelesaikan ujian moral kehidupan, ia hanya menawarkan kehancuran abadi. Itulah yang dapat menggambarkan kelompok penjahat untuk dipahami masyarakat Papua. Masyarakat Papua harus memahami tindakan egois terus menerus yang dilakukan kelompok penjahat, kejahatan yang dilakukan. Di mana letak hatimu? Kita tak akan menemukan kesukaan dan ketenangan hati. Tak ada kebaikan kelompok penjahat di Papua karena karakter yang jahat tidak terkompromi dan tindakan yang egois terus menerus dilakukan untuk menghancurkan kebaikan yang telah dilakukan.
"Segala sesuatu penting dimulai dari dalam diri untuk menghadapi tuntutan kehidupan sehari-hari dengan sabar dan bijaksana. Memiliki sumber daya batin untuk menggantikan kebiasaan berpikir yang merusak dengan kebiasaan pikiran, hati, dan jiwa yang lebih dalam dan memberi kehidupan. Di saat-saat terbaik (momen-momen lain), kita mampu untuk mengatasi masalah dalam kehidupan dan benar-benar ingin bebas dari semua kemarahan dan kepahitan dan perselisihan," pungkasnya.
Mendambakan keberanian batin, ungkapnya kemudian, untuk memaafkan orang lain, merindukan semangat pertobatan dan kekuatan untuk menjalani kehidupan yang diubahkan. Hubungan interaktif yang berkelanjutan, memberi kehidupan, terus menerus dengan sukacita melalui cinta dan kedamaian dan kesabaran dan kebaikan dan kesetiaan kepada NKRI dan kelembutan dan pengendalian diri yang hidup dalam persatuan Indonesia.
"Yang utama dari itu adalah kesetiaan kita terus terhadap NKRI, dan kemudian cinta kasih, kelembutan dan saling memafkan," tutupnya.
[pm rud]
0 comments:
Posting Komentar